Minggu, 13 Februari 2011

Prakondisi Kebangkitan Dakwah di Makkah


PRAKONDISI KEBANGKITAN DAKWAH DI MAKKAH
Jazirah Arab telah dipilih (oleh Allah SWT) sebagai tempat kelahiran dan pertumbuhan Islam, meski pemilihan itu merupakan hak prerogratif (hak mutlak) Allah semata, akan tetapi keputusan itu bukanlah tanpa pertimbangan atau kosong dari hikmah Ilahiyah yang bisa kita renungkan darinya sebagai pelajaran berharga (ibrah) dalam melakukan perencanaan kegiatan dakwah kedepan. Oleh karena itu kajian terhadap berbagai potensi yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan dakwah dari aspek setting sosial, letak Jazirah Arab (khususnya Makkah)) dan juga momentum kelahrannya menjadi penting dilakukan.Lebih-lebih jika dikaitkan bahwa Islam ini agama rahmatan lil ‘alamin (bukan hanya untuk orang Arab saja, akan tetapi untuk seluruh Ummat manusia di manapun dan kapanpun mereka berada) setelah kerasulan Muhammad. Diturunkannya di Jazirah Arab tentu tidak terlepas dari berbagai faktor yang memungkinkan Islam ini dapat tumbuh dan berkembang ke berbagai daerah.  Dengan alasan inilah kajian ini memperoleh argumentasi sebagai landasan pijak (penting) untuk dilakukan demi pembangunan peradaban dakwah kedepan. Disamping itu perlu juga dilakukan kajian terhadap berbagai problema yang menyelimuti kelahiran Islam di sana?

Analisis Potensi (Pendukung Dakwah).

A.    Sebutan Quraisy.
Masyarakat suku Quraiys merupakan sasaran utama dan pertama misi kerasulan Mhammad. Sebutan Quraisy dalam bahasa Arab kuno merupakan (julukan yang berarti pedagang yang terampil) dan menguasai jalur-jalur perdagangan.Karena dalam sejarah perdagangan di Jazirah Arabia banyak terlahir pedagang-pedagang besar (kaya raya) yang sukses dalan menjalankan profesinya. Mereka merupakan keturunan Ismail putra Ibrahim as. Rasulullah pernah bersabda dalam hal ini; “Sesungguhnya Allah tlh memilih Kinanah dari anak Isma’il, memilih Quraisy dari Kinanah, kemudian memilih Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari Bani Hasyim”. (HR. Muslim)

B.     Letak Geografis.
Makkah: sebagai sumbu (pusar) dunia, tempat singgah para pedagang dari utara keselatan atau sebaliknya maupun para pedagang dari barat ketimur atau sebaliknya. Kabilah Quraisy terkenal sebagai pedagang yang menguasai jalur niaga Yaman – Hijaz - Syiria. Lihat QS Quraisy (106): 1-3.
Makkah merupakan pusat perdagangan, karena letaknya yang sangat strategis dipertemuan jalan dari utara ke selatan (dari Palestina ke Yaman), dengan wilayah-wilayah lain dari timur ke barat yang menghubungkan pantai Laut Merah dan rute ke Etiophia dengan teluk Persia (Asghar Ali Enginer, hal. 44).
Pasar Ukaz (kearamaian tahunan) yang ada di Makkah merupakan ajang perdagangan, pusat pameran produk-prodak terbaru dari berbagai daerah dan merupakan ajang perlombaan berbagai kekuatan dan ketrampilan.

C.    Pusat Keramaian (Ukaz).
Pasar Ukaz (keramaian tahunan) Makkah merupakan ajang perdagangan, pusat pameran produk-produk terbaru dari berbagai daerah dan merupakan ajang perlombaan berbagai kekuatan dan ketrampilan (prestasi).

D.    Mentalitas Bangsa Arab.
1. Dr. Said M. Ramadhan al-Buthy
Karakteristik bangsa Arab dan tabi’at mereka.
Mereka ibarat bahan baku yang belum terolah dengan bahan lain, masih menampakkan fitrah kemanusiaan dan kecenderungan yang sehat dan kuat, serta cenderung pada kemanusiaan yang mulia (spt: setia, penolong, dermawan, rasa harga diri dan kesucian). Hanya saja mereka tidak memiliki ma’rifat (pengetahuan) yang akan mengungkapkan jalan kearah itu. Ini berbeda dengan bangsa lain spt;
PERSIA, adalah ladang subur berbagai khayalan (khurofat) keagamaan dan filosofis yang saling bertentangan.
ROMAWI, dikuasai sepenuhnya oleh semangat kolonialisme (suka menjajah daerah-daerah subur)
INDIA, Negeri ini sedang berada dalam puncak kebejatan dari segi agama, akhlak ataupun sosial.
YUNANI, Negara ini sedang tenggelam dalam lautan khurofat dan mitos-mitos verbal yang tidak pernah memberinya manfa’at.
Masyarakat Arab (Badui) sangat pemberani, nomaden, dan mempunyai fanatik kesukuan yang tinggi. Di samping itu mereka memiliki nasab murni (karena tidak pernah dijajah). Sedangkang masyarakat Arab kota memiliki kebiasaan berdagang (mobilitas yang tinggi keberbagai daerah) yang merupakan sumber kehidupannya.

2. Prof. Dr. Ahmad Amin.
a)      Mentalitas Bangsa Arab.
Mengutip pendapatnya Ibnu Choldun: Barbarism masyarakat Arab adalah sesuatu yang wajar  terjadi karena mereka hidup dalam kungkungan alam yang sangat ganas, dan hidup nomaden untuk mempertahankan hidupnya. Tidak ada figur yang dapat mepersatukannya.
b). Kecerdasan Bangsa Arab Jahiliyah (terlihat dari hal-hal berikut):
1)      Bahasa.
Bahasa menunjukkan kecerdasan suatu bangsa. Prof. Nuldecke; ” Kita sangat kagum akan kekayaan bahasa Arab klasik, kalau kita ingat akan kesederhanaan hidup mereka, dan akan pandangan yang serupa yang sering menimbulkan rasa bosan”.
Kemampuan mengadakan perobahan dalam kalimat secara dinamis, terutama dalam syi’ir-syi’irnya (meski dengan bahasa serapan). Kata beliau bahasa Arab juga kaya dalam tata bahasa, baik yang berupa nahwu sharf atau lainnya. Sedang jama’ taksir dan isi fi’il (fiil yang berbentu isim) sangat melebihi kebutuhan.
2)      Syi’ir.
Adalah perkataan yang diperindah dan lebih luas dari pada perkataan biasa karena mempunyai timbangan dan sajak. Syi’ir memiliki ketentuan-ketentuan berupa tanda-tanda yang tdk diabaikan. Penyair mengetahui dan merasa hal-hal yang tak diketahui atau dirasakan oleh orang lain.
3)      Peribahasa.
Peribahasa adalah perserupaan (permistalan). Banyak kata-kata hikmah yang sudah populer masuk dalam peribahasa ini.
Peribahasa suatu bangsa dapat menunjukkan taraf kecerdasannya, budi pekertinya dan adat istiadatnya.
Peribahasa mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan syi’ir. Syi’ir iru hasil karya suatu golongan masyarakat yang tinggi, para penyair mengungkapkan keadaan suku mereka hal-hal yang dapat diraih oleh kecerdasan mereka yang telah tinggi (menurut ukuran mereka), mereka menggubah dengan kalimat yang diperindah sesuai dengan yang diminta oleh syi’ir.
Sedangkan peribahasa kebanyakan dicetuskan oleh rakyat pada umumnya dan mewakili pemikiran umum pula, oleh karenanya banyak kalimat-kalimat yang lugu  tiada terhias, dan tidak seperti kalimat yang biasa dipergunakan oleh para sasterawan  dan cerdik pandai.
Ada dua hal yang disamakan dengan peri bahasa, yaitu:
Teka-teki dan cerita-cerita hewan (untuk sindiran/sanjungan).
4)      Cerita.
Contoh Ayyamul A’rab, cerita tentang perang suku di Arab.

E.     Peninggalan Bersejarah (Peninggalan kenabian masih hidup di Jazirah Arab):
1.      Ada Ka’bah.
Setiap musim dikunjungi oleh para peziarah dari seluruh penjuru jazirah Arab.
Ini menjadikan kota Makkah penting secara politis dan dari sisi ekonomi.
Dalam al-Qur’an dikatakan: “Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman …”(QS. 2:125), dan tempat yang dihormati (baitikal Muharrom) QS. 14: 37.
2.      Millah Ibrahim masih nampak sisanya.
Ada penganut, seperti: Qa’is bin Sa’idah al-Ayadi, Ri’ab asy-Syani, dan pendeta  Bahira. Keterangan lebih luas baca Ibnu Hisyam I, hal. 187.
Peninggalan, seperti:       Ka’bah. Ada ajaran dan praktek keagamaan.
F.     Ada bulan-bulan yang dimuliakan.
Di dalam al-Qur’an surat at-Taubah: 36. “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan; dalam ketetapan Allah, sejak hari Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan yang dihormati..”( empat bulan tersebut adalah Rajab, Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram).
Pada bulan-bulan itu siapapun tidak  boleh melakukan pertumpahan darah (berperang) demi  menghormati bulan yang dimuliakan itu.
Selama bulan haram (al-basl), mereka bebas pergi kewilayah-wilayah Arab tanpa rasa takut terhadap sesuatu apapun (Ibnu Hisyam I, 81).

G.    Do’a Ibrahim untuk kemuliaan tanah Makkah dan keturunannya menjadi orang-orang yang menegakkan kebenaran.
QS. 2: 129.Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Bijaksana.
===================================================

Analisis Problematika:

A.    Agama Berhala.
Kepercayaan Berhala (Watsani) adalah kepercayaan yang dominan pada masyarakat Arab sebelum datangnya Islam (Pra Islam). Pertanyaanya adalah mengapa mereka menyembah berhala (sesuatu yang tidak bisa memberi manfaat maupun madharat kepada manusia). Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan kepercayaan tersebut pada masyarakat Arab Pra Islam (Arab Jahiliyah). Dari manakah asal usul berhala yang mereka sembah itu. Apa yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan kepercayaan berhala begitu pesat sehingga menguasai Jazirah Arab (Ka’bah). Bagaimanakah maksud penyembahan pada berhala bagi mereka.
Abdul Qodir Abu Faris:
Masyarakat Jahiliyah adalah mereka yang mempercayai adanya dan kekuasaan Allah, akan tetapi tidak mau diatur oleh aturan-aturan Allah.
Baca, QS Luqman: 25, Az-Zumar: 3, Yunus: 18, dan 31.

B.     Syu’ubiyah.
Masyarakat Arab sebelum Islam fanatisme kesukuannya tinggi, sulit bersatu dengan masyarakat suku lain. Mereka rela berjuang mati-matian demi membela kehormatan sukunya.Darah adalah tali pengikat persaudaraan yang erat di dalam

C.    Gemar Berperang (Pembalas Dendam).
Perjuangan untuk bisa survive (bertahan hidup) dalam lingkungan alam yang kurang bersahabat dan terbatas sumberdaya alamnya, menjadikan masyarakat suku ttt sering berbenturan dengan suku lain gara berebut air, rumput, dsb.

D.    Pemabuk dan Pejudi.
Minuman keras bagi orang Arab adlh barang mewah. OKI bermabuk-mabukan berarti elit class.
Bermabuk-mabukan juga tempat pelarian untuk melupakan himpitan hidup yang berat.
Kesulitan hidup banyak membuat mereka suku gambling (untung-untungan) dalam mengambil tindakan.


.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar